Rindu Yang Terbuang


Kayu yang mulai rapuh dimakan waktu
Dinding-dinding bilik yang mulai keluar dari ikatan kuat sebuah anyaman
Atap-atap yang lelah diterpa segala cuaca yang berubah-ubah
Lantai tak berkeramik yang dingin oleh tanah
Saksi bisu sebuah kisah
Sebuah ujian, terpaan kehidupan

Mereka tak bicara, diam, hanya diam
Hanya mendengar, mungkin merasakan
Ujian pendewasaan, memaknai arti sebuah kehidupan
Segala badai kehidupan yang hampir menuntunnya pada sebuah keretakan

Ah terlalu muluk !

Oh tidak !

Bahkan masih belum seberapa
Emosi, ambisi, terlalu keras untuk mereka yang hanya mampu mendengar
Mimpi, setiap tetes harapan
Secuil kebahagiaan yang terlintas
Menerobos paksa dari lubang-lubang cahaya

Mereka bertanya
Dalam kebisuan nyata yang tak dihadirkan sebuah jawaban
Disana...
Terbang bersama asap kepedihan
Melewati setiap celah kecil yang bahkan tak terlihat oleh mata
Amarah dari setiap kekecewaan
Membusuk dan membatu
Mereka bahkan tak berbicara
Saat sang jiwa bertanya

Apakah masih ada esok yang kan bahagia ?

Dahulu...

Kini...

Masih dalam harmoni yang sama
Cerita lama dengan episode baru

Tuhan adil
Maha Adil
Lewat cinta-Nya, kasih-Nya
Senyum dan tawa kami tumbuh diantara kayu-kayu yang telah rapuh
Nestapa dalam derasnya air mata, tiada seketika

Ya, tiada...

Senja-senja yang berlalu pun sudah nampak bahagia
Menggiring kami pada hadiah indah
Dari Tuhan, untuk setiap sabar, syukur, ikhlas

Ya, ikhlas...

Ingatan itu...
Terlalu sulit untuk sebuah kata
Dalam benak yang kusut oleh segala tipu daya
Padahal ia nampak begitu nyata

Rinduku...
Pada sebuah cerita, kisah, air mata, bahagia

Rinduku...
Tak tersentuh, terlupakan

Aku ingin pulang...
Memeluk rinduku yang terbuang

Aku ingin pulang...
Kembali, pada cinta yang ku pikir hilang

Aku ingin pulang...
Mendekap erat sayangku yang sangat malang

Rinduku yang terbuang
Tergerus waktu yang tak memihak padaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Terakhir di Februari

Sisa Hujan Semalam

Anggrek dan Nadia